1.1
Apel
Apel merupakan
buah dari pohon Malus domestica, yang terdiri dari bermacam-macam ukuran, rasa,
warna, dan tekstur. Selain sebagai makanan, sudah lama apel digunakan untuk
menyembuhkan berbagai penyakit, seperti di Cina dan Amerika untuk mencegah dan
mengobati konstipasi, mengontrol diare, termasuk diare karena infeksi,
membersihkan gigi, mengurangi demam, gangguan usus pada bayi, penyakit jantung,
rematik dan penyakit sendi, hiperkolesterol, kanker, dan penyakit yang lainnya. Apel berperanan dalam mengatur konsistensi dari feses, dalam hal diare
maupun konstipasi atau sembelit. Para ahli menghubungkan kasiat ini dengan
kandungan apel yaitu pectin. Dalam perjalanannya dalam saluran cerna, pectin mengabsorbsi air dan
membentuk gumpalan gelatin yang lebih kering dan
padat sehingga mudah dikeluarkan sebagai feses.
Pectin banyak
digunakan dalam sediaan obat diare. Dalma penelitian selanjutnya juga terlihat
bahwa pectin berpotensi menurunkan gula darah (pada diabetes),
menurunkan kadar kolesterol, dan berbagai fungsi yang lain. Apel juga kaya akan vitamin C. Bagusnya
lagi nih, tidak ada batasan dalam konsumsi apel. Terserah seberapa kuat saja
kita makan.
1.2 Manfaat
Apel
Apel mengandung
serat, flavonoids, dan fruktosa (gula). Dalam 100 g apel terdapat 2,1 g serat.
Kontribusi satu buah apel lebih dari 10 persen total kebutuhan serat sehari.
Apabila kulitnya dikupas, kandungan serat apel masih tetap tinggi yakni 1,9 g.
Serat apel mampu menurunkan kadar kolesterol darah, mengurangi pengerasan
arteri, dan risiko penyakit jantung koroner. Serat tak larut dalam apel
berfungsi untuk mengikat kolesterol LDL dalam saluran cerna dan kemudian
menyingkirkannya dari tubuh. Sementara itu serat larutnya (pektin) akan
mengurangi produksi kolesterol LDL di hati.
Manfaat apel dikenal semenjak zaman romawi
dimana pada masa itu apel kerap digunakan sebgai bahan pencuci alat pencernaan.
Hal itu disebabkan karena dalam apel terkandung asam tartar. Dimana asam tartar
ini dapat menghambat penyakit yang disebabkan oleh bakteri dalam saluran
pencernaan. Banyak manfaat lain juga yang didapat dalam sebuah apel. Penelitian
menunjukan bahwa apel mempunyai kadar quercetin yang cukup tinggi. Tingginya
kadar quercetin dapat menin gkatkan aktivitas antioksidan dalam darah. Hal ini
dapat mengurangi kadar kolesterol LDL yang dapat merusak aliran darah.
Selain itu, tingginya quercetin membuat
orang yang mengkonsumsinya beresiko lebih rendah menderita penyakit jantung dan
stroke. Kandungan quercetin dapat menghambat jenis kanker tertentu. Apel juga kaya
akan flavonoid dan quercetin dapat mencegah terjadinya kerusakan dinding
pembuluh darah yang disebabkan tembakau. Alam pengolahan cina apel mempunyai efek pendingin bagi paru-paru. Buah apel dapat diolah menjadi asam cuka yang bermanfaat bagi kesehatan.
Asam cuka apel dihasilkan dengan proses fermentasi aerob menggunakan ragi Sacchamorioces Cerivisiae. Penggunaan
membran pada proses fermentasi ini berfungsi sebgai fermentor. Membran dari
bahan keramik yang digunakan untuk proses fermentasi asam cuka asam apel ini
mempunyai kandungan 70% tanah liat, 30% bentonit. Hasil fermentasi menunjukkan
kualitas asam cuka yang dihasilkan dengan hasil terbaik pada hari ke-7 seperti
pH fermentasi tanpa membran dan juga turbidity, densitas, serta TDS kualitasnya
lebih baik dari standar. Proses fermentasi menggunakan membran khususnya pH
hasilnya lebih besar dari pada tanpa membran pada hari ke-7. Fluks air murni
untuk membran berbanding lurus dengan tekanan dan semakin rendah fluks asam
cuka maka akan menghasilkan rejeksi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa membran
bekerja dengan baik.
1.3 Sejarah
Cuka Apel
Cuka apel telah digunakan selama ribuan
tahun untuk mengobati berbagai keluhan penyakit. Hipprocates, bapak kedokteran
modern, merekomendasikan penggunaan cuka apel yang dicampur dengan madu untuk
mengobati demam dan flu pada tahun 400 SM. Sejak itu, cuka apel terus digunakan
untuk mengobati berbagai penyakit termasuk nyeri. Cuka apel juga digunakan oleh
tentara Romawi dan para pendekar samurai Jepang sebagai ramuan untuk kesehatan,
kekuatan, dan vitalitas. Cuka apel juga digunakan pada perang saudara Amerika sebagai antiseptik
untuk membersihkan luka tentara dan terus digunakan untuk tujuan yang sama pada
Perang Dunia I.
Berdasarkan
legenda di kawasan pegunungan Kaukasia, di perbatasan antara daratan Asia dan
Eropa, sebelah tenggara Rusia. konon ribuan tahun yang lalu Nabi Muhammad yang
pertama kali memberikan sebuah biji (berisi bakteri baik kelompok Lactobacillus
sp) kepada orang-orang setempat dan mengajari cara membuat minuman asam, yang
mengandung polisakarida larut air yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat,
yang berperan dalam meningkatkan pembentukan sistem imun dalam tubuh. Sehingga
masyarakat tersebut memiliki kondisi tubuh yang kuat dan sehat serta hampir
tidak pernah menderita berbagai macam penyakit. Tercatat dalam sejarah, pada
tahun 907, Elie Metchinkoff ilmuan Rusia peraih Nobel menyampaikan hipotesisnya
tentang manfaat minuman fermentasi (dari susu yang diasamkan) bagi bangsa
Bulgaria yang biasa mengkonsumsi minuman tersebut, mempunyai dampak umur
panjang dan selalu dalam kondisi sehat, sedikit sekali yang terserang penyakit.
Perkembangan berikutnya sekitar abad VII, dalam literatur Kekaisaran Romawi
pernah mencatat bahwa Yulius Caesar mengintruksikan kepada para prajurit Romawi
untuk secara teratur mengkonsumsi minuman asam (cuka dari buah apel) untuk menjaga
ketahanan tubuh prajuritnya. Begitu pula di Amerika, sekitar abad XVIII
tercatat nama Presiden Amerika kedua John Adams sebagai pengkonsumsi teratur
cuka apel, memiliki kesehatan tubuh yang terjaga sehingga terhindar dari
serangan penyakit sampai beliau wafat di usia 91 tahun. Sekitar awal tahun
1990, cuka apel mulai beredar dipasaran Indonesia sebagai produk impor. Umumnya bahan baku cuka apel tersebut terbuat dari buah apel New
Zeland, Whosington dan Red Delicious. Dan diperkirakan sekitar tahun 1998, di
Indonesia mulai muncul beberapa merk cuka apel yang diproduksi menggunakan
bahan baku domestik (buah apel Malang – Jawa Timur)
Cuka apel
merupakan salah satu jenis produk fermentasi buah-buahan yang tergolong
kelompok vinegar. Di kawasan barat dikenal berbagai macam cuka seperti balsamic
vinegar (dari Modena, Itali), wine vinegar dan cider. Sedangkan
di Asia dikenal cuka masak dan rice mine vinegar atau arak masak.
Vinegar alias cuka tersedia dalam berbagai variasi tergantung dari bahan
pembuatnya. Ada yang terbuat dari bahan anggur, gandum, apel atau beras. Bumbu
masak cair ini digunakan secara meluas untuk membumbui aneka hidangan, baik di
dapur Barat maupun Asia. Umumnya, cuka dipakai untuk memberi rasa asam segar
pada masakan, saus salad, tumisan dan sebagainya. Bahan untuk proses fermentasi
adalah gula ditambah khamir yang akan menghasilkan alkohol dan CO2.
CO2 akan dilepaskan dari campuran wine menuju udara dan alkohol akan
tetap tinggal di fermentor. Jika semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol
atau alkohol telah mencapai sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai atau
dihentikan.
1.4 Manfaat
Cuka Apel
Apel dapat diolah
dengan cara difermentasi untuk mendapatkan sari buahnya. Masyarakat luas
menyebut Cuka Apel. Apel yang telah difermentasi memiliki manfaat bagi
kesehatan. Mulai untuk mengobati gangguan hipertensi, menurunkan berat badan,
mengobati stroke, menurunkan kadar gula serta kolesterol, melancarkan peredaran
darah dan sebagainya. Tercatat sedikitnya 7.000 varietas apel di
seluruh dunia, masyarakat ada yang mengkonsumsi secara biasa saat masih segar, ada juga yang menjadikannya jus apel, atau dijadikan
sirup dan sebagainya.
Cuka apel tidak membuat perut kita asam,
karena bukan makanan pembentuk asam. Cuka apel mengandung zat-zat pembentuk basa,
sehingga baik untuk membantu menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Keseimbangan
yang dibutuhkan tubuh kita adalah 80 persen basa dan 20 persen asam. Asam dalam
keseimbangan asam-basa tidak ada kaitannya dengan rasa asam pada makanan. Asam
pada keseimbangan asam-basa adalah nilai keasaman kimiawi suatu zat/larutan,
dinyatakan sebagai pH. Sedangkan rasa asam pada makanan adalah jumlah
isi/volume suatu zat dalam makanan yang membawa rasa asam. Ukuran yang
digunakan adalah persentase isi atau persentase volume.
Makanan yang rasanya asam tidak selalu
memiliki pH asam. Selain cuka apel, buah-buahan seperti jeruk, nanas, mangga,
bahkan jeruk nipis dan jeruk lemon termasuk makanan pembentuk basa. Sebaliknya,
makanan ber-pH asam tidak selalu rasanya asam. Daging yang dapat meningkatkan
keasaman darah, rasanya sama sekali tidak asam. Faktor yang menentukan makanan
termasuk pembentuk asam atau basa bukan rasa atau baunya, tetapi jenis
kandungan mineralnya, kadar proteinnya, dan kadar airnya. Mendengar kata "cuka", yang terbersit dalam benak kita pertama
kali adalah rasanya yang kecut, asam, kimiawi, hanya bisa dipakai untuk masak,
untuk pengawet makanan dan bisa bikin penyakit maag kambuh makin parah. Persepsi tersebut mungkin tidak salah, karena yang banyak beredar
dipasaran adalah cuka kimiawi yang hanya bisa dipakai untuk masak. Sedangkan
keberadaan cuka kesehatan, seperti cuka apel justru tidak pernah dikenal oleh
masyarakat kita.
Tidak diragukan lagi, apel adalah buah
terbaik yang pernah diciptakan oleh Tuhan. Gizinya lengkap dan manfaatnya
banyak. Tak salah kalau ada pepatah "An Apple A Days, Keeps The Doctor
Away", makanlah apel tiap hari, niscaya Anda tak akan gampang jatuh sakit.
Buah apel memang bisa diolah menjadi beragam bentuk, mulai dari jus apel, sari
apel, kripik apel, jenang apel dan cuka apel. Namun diantara hasil olahan apel
yang paling berdaya guna tinggi hanyalah cuka apel. Bisa dikatakan, cuka apel
adalah cara terbaik untuk bisa memperoleh manfaat buah apel secara optimal.
Fermentasi alami yang terjadi pada cuka apel mampu menyempurnakan kandungan
nutrisi, vitamin, mineral, serat, enzim, asam amino dan anti oksidan dalam buah
apel serta dapat mengaktifkan dan mengoptimalkannya untuk meningkatakan
kualitas kesehatan manusia.
A.P John Institute for Cancer Research, pada
april 2005 memberikan pernyataan pada pers bahwa asam asetat dalam cuka apel
memiliki dampak mematikan pada sel kanker, karena menghambat suplai energi yang
dibutuhkan sel kanker. Dr. Jarvis, dalam bukunya "Khasiat Cuka Apel dan
Madu" serta buku "Obat Penyembuh di Rumah", menjelaskan banyak
kegunaan cuka apel untuk kesehatan antara lain, untuk mengatasi keracunan
makanan, luka bakar, varises, impetigo (penyakit kulit bernanah), infeksi
bakteri, hipertensi, rematik, asam urat, diabetes, kelelahan kronis, gangguan
pencernaan sampai untuk meningkatakan vitalitas dan kekebalan tubuh.
Cuka apel sendiri bukan termasuk kategori
obat ataupun jamu, tapi "Health Food" yaitu makanan atau minuman yang
bisa membantu mempercepat proses penyembuhan dan pengobatan suatu penyakit
layaknya obat. Salah satu keunikannya adalah, meski dikonsumsi berlebihan, cuka
apel tak mengakibatkan efek samping. Sebab, darah resisten terhadap asam.
Kelebihan asam akan dibuang. Sebaliknya, darah reaktif terhadap basa. Artinya
pH darah akan naik bila terdapat gizi yang bersifat basa. Kondisi darah
cenderung basa memudahkan tubuh terserang penyakit.
Perlu diketahui, cuka apel ada tidak satu,
dua atau delapan tahun yang lalu, namun sudah ada dan dikenal sejak 10.000
tahun yang lalu untuk kecantikan dan perawatan kesehatan. Menurut Institut
Kanker Nasional Amerika Serikat, apel paling banyak mengandung flavonoid
dibandingkan buah lain. Zat ini, mampu menurunkan risiko terkena penyakit
kanker paru-paru sampai 50 persen. Selain itu, quercetin, sejenis flavonoid
yang dikandung apel, dapat membantu mencegah pertumbuhan sel kanker prostat
bagi kaum laki-laki. Setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan
ketika akan membeli cuka apel. Empat hal ini merupakan kriteria yang wajib dipenuhi
dalam sebuah cuka apel, yaitu :
1)
Harus berwarna keruh
kecoklatan. Hal ini menunjukkan cuka apel benar-benar terbuat dari buah apel
murni yang matang pohon. Kematangan apel ini sangat berpengaruh terhadap
manfaat dan kekhasiatan dari cuka apel itu sendiri. Jadi jika Anda beroleh cuka
apel yang bening, itu berarti kandungan apelnya sedikit dan manfaatnya pun bisa
dibilang hampir tidak ada.
2)
Harus memiliki aroma khas apel
dan berbau seperti tape. Menunjukkan proses fermentasi berjalan secara alami,
yaitu kurang lebih 35 hari. Jika Anda menemui cuka apel yang berbau pecing,
agak busuk atau aroma apelnya kurang terasa, itu berarti proses fermentasi yang
terjadi kurang sempurna.
3)
Harus memiliki endapan "
mother " dibawah botol. Endapan atau "mother" ini mutlak harus
ada. Karena ini adalah biang cuka apel. Disinilah banyak terkandung unsur sehat
yang sangat bermanfaat untuk menggempur berbagai penyakit. Jika endapan ini tidak ada, maka cuka apel
ini pantas dipertanyakan.
4)
Bersifat pekat dan tidak bisa
diminum langsung. Jadi, cara minumnya harus diencerkan dulu dengan air matang.
Cuka apel yang siap saji boleh dikonsumsi, tapi tentu berbeda manfaatnya dengan
yang murni.
1.5 Kandungan
Cuka Apel
Beberapa kandungan
nutrisi, vitamin dan mineral dalam cuka apel adalah sebagai berikut:
1)
Asam Amino
2)
Kalium (potasium)
3)
Magnesium
4)
Kalsium
5)
Vitamin & Beta karoten
6)
Zat Asam
7)
Enzim & Pectin
Buah apel-komponen cuka apel- kaya serat
& mengandung potasium (berfungsi menjaga keseimbangan tingkat potasium –
sodium dalam tubuh). Cuka apel mengandung banyak nutrisi menyehatkan, seperti
beta karoten (sejenis antioksidan penengkal kanker), boron (bekerja seperti
estrogen untuk mencegah hilangnya mineral dari tulang, membantu pendayagunaan
vitamin D), kalsium (menjaga tulang & gigi tetap kuat dan sehat, membantu
mengatur kerja jantung), berbagai enzim (membantu pencernaan makanan), zat besi
(memainkan peran di dalam sistem kekebalan tubuh dan penting untuk kemampuan
mengingat), magabesa (penting untuk menjaga tingkat kolesterol), karbohidrat
dan asam amino (mencegah pikun). Cuka apel membantu menjaga keseimbangan
asam/alkali dalam tubuh. Asam
hidroklorit pada cuka apel dapat membantu pencernaan.
1.6 Pembuatan
Cuka Apel
Cuka apel merupakan
minuman kesehatan hasil fermentasi buah apel Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel
dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen).
Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi
sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal. Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi.
Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol,
asam laktat,
dan hidrogen.
Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi
seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan
yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.
Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak
memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk
fermentasi.
Reaksi dalam fermentasi
berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan.
Secara singkat, glukosa
(C6H12O6) yang merupakan gula paling
sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH).
Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan reaksi kimianya:
C6H12O6 →
2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang
dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai:
Fermentasi pada cuka apel dilakukan dengan 2
tahap yaitu, fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat (asetilasi). Pada
fermentasi alkohol, beberapa mikroba mengalami peristiwa pembebasan energi
karena asam piruvat diubah menjadi asam asetat dan CO2 selanjutnya
asam asetat diubah menjadi alkohol. Dalam fermentasi alkohol, satu molekul
glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP, jika dibandingkan dengan
respirasi aerob, yang mampu menghasilkan 38 molekul ATP. Reaksinya:
1)
Gula (C6H12O6)
—> asam piruvat (glikolisis)
2)
Dekarboksilasi asam piruvat
Asam piruvat ——————————> asetaldehid + CO2.
piruvat dekarboksilase (CH3CHO)
3)
Asetaldehid oleh alkohol
dehidrogenase diubah menjadi alcohol (etanol).
2 CH3CHO + 2 NADH2 —————————> 2 C2H5OH + 2 NAD.
alkohol dehidrogenase + enzim
Ringkasan reaksi :
C6H12O6 ———> 2 C2H5OH +
2 CO2 + 2 NADH2 + Energi
Pada fermentasi asam asetat, berlangsung
dalam keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (Acetobacter aceti) dengan substrat
etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan
oleh fermentasi alkohol secara anaerob. Jika diberikan oksigen yang cukup,
bakteri-bakteri ini dapat memproduksi cuka dari bermacam-macam bahan makanan
yang beralkohol. Bahan makanan yang biasa digunakan yaitu sari buah apel,
anggur, biji-bijian fermentasi, malt, beras, atau bubur kentang. Reaksi:
aerob
C6H12O6 —> 2 C2H5OH —————> 2 CH3COOH
+ H2O + 116 kal
(glukosa) bakteri asam
cuka asam cuka
Bahan
baku dalam proses fermentasi pembuatan asam asetat :
a) Buah-buahan, kentang, biji-bijian,
bahan yang mengandung cukup banyak gula, atau alcohol
b) Bakteri asetat (Bacterium aceti)
yaitu Acetobacter untuk proses aerob dan bakteri dari genus Clostridium
Bakteri
yang berperan dalam proses fermentasi asam cuka adalah:
a) Fermentasi aerob dibantu dengan
bakteri Acetobacter aceti
b) Fermentasi anaerob dibantu dengan
bakteri Clostridium thermocetium
Cuka apel banyak digunakan dalam industri
pengolahan makanan, industri farmasi, dan industri kimia. Pada industri
makanan, cuka apel terutama digunakan sebagai bahan pembangkit flavor asam dan
bahan pengawet. Beberapa jenis makanan ditambah cuka apel dalam konsentrasi
tertentu, antara lain saus tomat, sambal, acar, sayur asin dan lain-lain. Cuka
apel juga dimanfaatkan dalam dunia kesehatan sebagai obat-obatan. Cuka apel
banyak manfaat karena mengandung nutrisi yang hampir sama seperti pada apel,
antara lain pektin, beta karoten, potassium termasuk enzim dan asam amino yang
terbentuk selama proses fermentasi. Banyaknya kandungan nutrisi ini membuat
cuka apel banyak digunakan sebagai obat.
Selama ini, ada
anggapan jika mengonsumsi cuka
apel dapat menimbulkan sakit maag. Padahal tidaklah demikian. Penyakit maag terjadi
karena lambung sudah tidak mampu memproduksi asam hidroclorid, sehingga makanan
yang tcrsimpan dalam lamhung akan mengalami fermentasi. Karena itu, dengan
mengonsumsi cuka apel yang dicampur dengan air dan madu, dipercaya dapat
memenuhi kebutuhan asam hidroclorid.
II.
Alat
Dan Bahan
4.1. Alat yang digunakan :
1)
Pisau
2)
Kompor
3)
Panci
4)
Kain sarin
5)
Baskom
4.2. Bahan
Yng digunakan :
1)
Apel :
500 gr
2)
Gula :
125 gr
3)
Air : 1000 ml
4)
Yeast (ragi) :
5 gr
III.
Prosedur
Percobaan
1)
Apel dicuci bersih kemudian diiris tipis-tipis.
2)
Rebus irisan apel tersebut dengan air sampai
mendidih.
3)
Kecilkan api kompor kemudian tambahkan gula.
Biarkan selama 30 menit agar aroma buah apel keluar.
4)
Pisahkan sari apel dari buahnya lalu setelah
dingin sari apel dimasukkan ke dalam botol.
5)
Masukkan
ragi / yeast ke dalam sari apel tersebut. Tutup dengan kain saring. Fermentasi
sari apel selama 1-2 minggu akan membentuk alkohol.