Wednesday, June 29, 2016

Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point)

           Shut Down Point merupakan suatu titik pada break even chart yang menunjukkan bahwa besarnya total penjualan yang diperoleh perusahaan adalah sama besarnya dengan total biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan. Dalam keadaan demikian perusahaan yang bersangkutan tidak lagi memperoleh kelebihan penerimaan kas, sehingga tidak mungkin untuk melanjutkan kegiatan operasinya. Shut Down Point memberikan informasi kepada manajemen mengenai pada pendapatan penjualan berapa, usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas untuk dilanjutkan lagi. Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan penjualannya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Titik penutupan usaha (Shut Down Point) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :      
                                   
Shut Down Point =  biaya tetap tunai/ rasio kontribusi margin

    Perusahaan dalam menjalankan operasinya ada kemungkinan mengalami keuntungan dan kerugian. Ketika perusahaan mengalami kerugian jangka pendek, hal ini akan menyudutkan perusahaan dalam industri, apakah harus berproduksi atau tidak untuk sementara waktu karena masih harus membayar biaya tetap meskipun menghentikan produksi. Ketika kerugian tersebut terjadi dalam jangka panjang akan memaksa perusahaan untuk memutuskan apakah harus mengekspansi atau mengurangi ukuran produksi. Atau harus diputuskan apakah akan tetap bertahan atau keluar dari industri.
     Shut-down point bagi perusahaan terjadi apabila harga output (P) sama dengan biaya variable rata-rata( AVC). Pada kondisi ini apabila perusahaan tetap berproduksi dan dapat menjual semua output yang dihasilkan, maka perusahaan tersebut akan rugi sebesar biaya tetapnya. Kerugian sebesar biaya tetap itu juga dialami oleh perusahaan tersebut apabila ia tidak berproduksi. Apabila harga output lebih kecil daripada biaya variable rata-rata (AVC), maka perusahaan tersebut lebih baik menutup usahanya. Karena apabila ia menutup usahanya, maka ia rugi sebesar biaya tetapnya saja. Sedangkan apabila ia meneruskan usahanya, maka ia akan rugi sebesar biaya tetap ditambah dengan biaya variable, yaitu selisih biaya variable rata-rata dengan harga output.
Ketika harga berada di bawah titik minimum (juga merupakan perpotongan dengan biaya marjinal, dan disebut juga titik penutupan usaha - shut-down point) dari kurva biaya variabel rata-rata maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut: penerimaan total lebih kecil dari biaya variabel total, laba operasi menjadi negative, perusahaan akan tutup.

Saturday, June 18, 2016

CUKA APEL

1.1    Apel
Apel merupakan buah dari pohon Malus domestica, yang terdiri dari bermacam-macam ukuran, rasa, warna, dan tekstur. Selain sebagai makanan, sudah lama apel digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, seperti di Cina dan Amerika untuk mencegah dan mengobati konstipasi, mengontrol diare, termasuk diare karena infeksi, membersihkan gigi, mengurangi demam, gangguan usus pada bayi, penyakit jantung, rematik dan penyakit sendi, hiperkolesterol, kanker, dan penyakit yang lainnya. Apel berperanan dalam mengatur konsistensi dari feses, dalam hal diare maupun konstipasi atau sembelit. Para ahli menghubungkan kasiat ini dengan kandungan apel yaitu pectin. Dalam perjalanannya dalam saluran cerna, pectin mengabsorbsi air dan membentuk gumpalan gelatin yang lebih kering dan padat sehingga mudah dikeluarkan sebagai feses.
Pectin banyak digunakan dalam sediaan obat diare. Dalma penelitian selanjutnya juga terlihat bahwa pectin berpotensi menurunkan gula darah (pada diabetes), menurunkan kadar kolesterol, dan berbagai fungsi yang lain. Apel juga kaya akan vitamin C. Bagusnya lagi nih, tidak ada batasan dalam konsumsi apel. Terserah seberapa kuat saja kita makan.
1.2    Manfaat Apel
Apel mengandung serat, flavonoids, dan fruktosa (gula). Dalam 100 g apel terdapat 2,1 g serat. Kontribusi satu buah apel lebih dari 10 persen total kebutuhan serat sehari. Apabila kulitnya dikupas, kandungan serat apel masih tetap tinggi yakni 1,9 g. Serat apel mampu menurunkan kadar kolesterol darah, mengurangi pengerasan arteri, dan risiko penyakit jantung koroner. Serat tak larut dalam apel berfungsi untuk mengikat kolesterol LDL dalam saluran cerna dan kemudian menyingkirkannya dari tubuh. Sementara itu serat larutnya (pektin) akan mengurangi produksi kolesterol LDL di hati.
Manfaat apel dikenal semenjak zaman romawi dimana pada masa itu apel kerap digunakan sebgai bahan pencuci alat pencernaan. Hal itu disebabkan karena dalam apel terkandung asam tartar. Dimana asam tartar ini dapat menghambat penyakit yang disebabkan oleh bakteri dalam saluran pencernaan. Banyak manfaat lain juga yang didapat dalam sebuah apel. Penelitian menunjukan bahwa apel mempunyai kadar quercetin yang cukup tinggi. Tingginya kadar quercetin dapat menin gkatkan aktivitas antioksidan dalam darah. Hal ini dapat mengurangi kadar kolesterol LDL yang dapat merusak aliran darah.
Selain itu, tingginya quercetin membuat orang yang mengkonsumsinya beresiko lebih rendah menderita penyakit jantung dan stroke. Kandungan quercetin dapat menghambat jenis kanker tertentu. Apel juga kaya akan flavonoid dan quercetin dapat mencegah terjadinya kerusakan dinding pembuluh darah yang disebabkan tembakau. Alam pengolahan cina apel mempunyai efek pendingin bagi paru-paru. Buah apel dapat diolah menjadi asam cuka yang bermanfaat bagi kesehatan. Asam cuka apel dihasilkan dengan proses fermentasi aerob menggunakan ragi Sacchamorioces Cerivisiae. Penggunaan membran pada proses fermentasi ini berfungsi sebgai fermentor. Membran dari bahan keramik yang digunakan untuk proses fermentasi asam cuka asam apel ini mempunyai kandungan 70% tanah liat, 30% bentonit. Hasil fermentasi menunjukkan kualitas asam cuka yang dihasilkan dengan hasil terbaik pada hari ke-7 seperti pH fermentasi tanpa membran dan juga turbidity, densitas, serta TDS kualitasnya lebih baik dari standar. Proses fermentasi menggunakan membran khususnya pH hasilnya lebih besar dari pada tanpa membran pada hari ke-7. Fluks air murni untuk membran berbanding lurus dengan tekanan dan semakin rendah fluks asam cuka maka akan menghasilkan rejeksi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa membran bekerja dengan baik.
1.3    Sejarah Cuka Apel
Cuka apel telah digunakan selama ribuan tahun untuk mengobati berbagai keluhan penyakit. Hipprocates, bapak kedokteran modern, merekomendasikan penggunaan cuka apel yang dicampur dengan madu untuk mengobati demam dan flu pada tahun 400 SM. Sejak itu, cuka apel terus digunakan untuk mengobati berbagai penyakit termasuk nyeri. Cuka apel juga digunakan oleh tentara Romawi dan para pendekar samurai Jepang sebagai ramuan untuk kesehatan, kekuatan, dan vitalitas. Cuka apel juga digunakan pada perang saudara Amerika sebagai antiseptik untuk membersihkan luka tentara dan terus digunakan untuk tujuan yang sama pada Perang Dunia I.
Berdasarkan legenda di kawasan pegunungan Kaukasia, di perbatasan antara daratan Asia dan Eropa, sebelah tenggara Rusia. konon ribuan tahun yang lalu Nabi Muhammad yang pertama kali memberikan sebuah biji (berisi bakteri baik kelompok Lactobacillus sp) kepada orang-orang setempat dan mengajari cara membuat minuman asam, yang mengandung polisakarida larut air yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat, yang berperan dalam meningkatkan pembentukan sistem imun dalam tubuh. Sehingga masyarakat tersebut memiliki kondisi tubuh yang kuat dan sehat serta hampir tidak pernah menderita berbagai macam penyakit. Tercatat dalam sejarah, pada tahun 907, Elie Metchinkoff ilmuan Rusia peraih Nobel menyampaikan hipotesisnya tentang manfaat minuman fermentasi (dari susu yang diasamkan) bagi bangsa Bulgaria yang biasa mengkonsumsi minuman tersebut, mempunyai dampak umur panjang dan selalu dalam kondisi sehat, sedikit sekali yang terserang penyakit. Perkembangan berikutnya sekitar abad VII, dalam literatur Kekaisaran Romawi pernah mencatat bahwa Yulius Caesar mengintruksikan kepada para prajurit Romawi untuk secara teratur mengkonsumsi minuman asam (cuka dari buah apel) untuk menjaga ketahanan tubuh prajuritnya. Begitu pula di Amerika, sekitar abad XVIII tercatat nama Presiden Amerika kedua John Adams sebagai pengkonsumsi teratur cuka apel, memiliki kesehatan tubuh yang terjaga sehingga terhindar dari serangan penyakit sampai beliau wafat di usia 91 tahun. Sekitar awal tahun 1990, cuka apel mulai beredar dipasaran Indonesia sebagai produk impor. Umumnya bahan baku cuka apel tersebut terbuat dari buah apel New Zeland, Whosington dan Red Delicious. Dan diperkirakan sekitar tahun 1998, di Indonesia mulai muncul beberapa merk cuka apel yang diproduksi menggunakan bahan baku domestik (buah apel Malang – Jawa Timur)
Cuka apel merupakan salah satu jenis produk fermentasi buah-buahan yang tergolong kelompok vinegar. Di kawasan barat dikenal berbagai macam cuka seperti balsamic vinegar (dari Modena, Itali), wine vinegar dan cider. Sedangkan di Asia dikenal cuka masak dan rice mine vinegar atau arak masak. Vinegar alias cuka tersedia dalam berbagai variasi tergantung dari bahan pembuatnya. Ada yang terbuat dari bahan anggur, gandum, apel atau beras. Bumbu masak cair ini digunakan secara meluas untuk membumbui aneka hidangan, baik di dapur Barat maupun Asia. Umumnya, cuka dipakai untuk memberi rasa asam segar pada masakan, saus salad, tumisan dan sebagainya. Bahan untuk proses fermentasi adalah gula ditambah khamir yang akan menghasilkan alkohol dan CO2. CO2 akan dilepaskan dari campuran wine menuju udara dan alkohol akan tetap tinggal di fermentor. Jika semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol atau alkohol telah mencapai sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai atau dihentikan.
1.4    Manfaat Cuka Apel
Apel dapat diolah dengan cara difermentasi untuk mendapatkan sari buahnya. Masyarakat luas menyebut Cuka Apel. Apel yang telah difermentasi memiliki manfaat bagi kesehatan. Mulai untuk mengobati gangguan hipertensi, menurunkan berat badan, mengobati stroke, menurunkan kadar gula serta kolesterol, melancarkan peredaran darah dan sebagainya. Tercatat sedikitnya 7.000 varietas apel di seluruh dunia, masyarakat ada yang mengkonsumsi secara biasa saat masih segar, ada juga yang menjadikannya jus apel, atau dijadikan sirup dan sebagainya.
Cuka apel tidak membuat perut kita asam, karena bukan makanan pembentuk asam. Cuka apel mengandung zat-zat pembentuk basa, sehingga baik untuk membantu menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Keseimbangan yang dibutuhkan tubuh kita adalah 80 persen basa dan 20 persen asam. Asam dalam keseimbangan asam-basa tidak ada kaitannya dengan rasa asam pada makanan. Asam pada keseimbangan asam-basa adalah nilai keasaman kimiawi suatu zat/larutan, dinyatakan sebagai pH. Sedangkan rasa asam pada makanan adalah jumlah isi/volume suatu zat dalam makanan yang membawa rasa asam. Ukuran yang digunakan adalah persentase isi atau persentase volume.
Makanan yang rasanya asam tidak selalu memiliki pH asam. Selain cuka apel, buah-buahan seperti jeruk, nanas, mangga, bahkan jeruk nipis dan jeruk lemon termasuk makanan pembentuk basa. Sebaliknya, makanan ber-pH asam tidak selalu rasanya asam. Daging yang dapat meningkatkan keasaman darah, rasanya sama sekali tidak asam. Faktor yang menentukan makanan termasuk pembentuk asam atau basa bukan rasa atau baunya, tetapi jenis kandungan mineralnya, kadar proteinnya, dan kadar airnya. Mendengar kata "cuka", yang terbersit dalam benak kita pertama kali adalah rasanya yang kecut, asam, kimiawi, hanya bisa dipakai untuk masak, untuk pengawet makanan dan bisa bikin penyakit maag kambuh makin parah. Persepsi tersebut mungkin tidak salah, karena yang banyak beredar dipasaran adalah cuka kimiawi yang hanya bisa dipakai untuk masak. Sedangkan keberadaan cuka kesehatan, seperti cuka apel justru tidak pernah dikenal oleh masyarakat kita.
Tidak diragukan lagi, apel adalah buah terbaik yang pernah diciptakan oleh Tuhan. Gizinya lengkap dan manfaatnya banyak. Tak salah kalau ada pepatah "An Apple A Days, Keeps The Doctor Away", makanlah apel tiap hari, niscaya Anda tak akan gampang jatuh sakit. Buah apel memang bisa diolah menjadi beragam bentuk, mulai dari jus apel, sari apel, kripik apel, jenang apel dan cuka apel. Namun diantara hasil olahan apel yang paling berdaya guna tinggi hanyalah cuka apel. Bisa dikatakan, cuka apel adalah cara terbaik untuk bisa memperoleh manfaat buah apel secara optimal. Fermentasi alami yang terjadi pada cuka apel mampu menyempurnakan kandungan nutrisi, vitamin, mineral, serat, enzim, asam amino dan anti oksidan dalam buah apel serta dapat mengaktifkan dan mengoptimalkannya untuk meningkatakan kualitas kesehatan manusia.
A.P John Institute for Cancer Research, pada april 2005 memberikan pernyataan pada pers bahwa asam asetat dalam cuka apel memiliki dampak mematikan pada sel kanker, karena menghambat suplai energi yang dibutuhkan sel kanker. Dr. Jarvis, dalam bukunya "Khasiat Cuka Apel dan Madu" serta buku "Obat Penyembuh di Rumah", menjelaskan banyak kegunaan cuka apel untuk kesehatan antara lain, untuk mengatasi keracunan makanan, luka bakar, varises, impetigo (penyakit kulit bernanah), infeksi bakteri, hipertensi, rematik, asam urat, diabetes, kelelahan kronis, gangguan pencernaan sampai untuk meningkatakan vitalitas dan kekebalan tubuh.
Cuka apel sendiri bukan termasuk kategori obat ataupun jamu, tapi "Health Food" yaitu makanan atau minuman yang bisa membantu mempercepat proses penyembuhan dan pengobatan suatu penyakit layaknya obat. Salah satu keunikannya adalah, meski dikonsumsi berlebihan, cuka apel tak mengakibatkan efek samping. Sebab, darah resisten terhadap asam. Kelebihan asam akan dibuang. Sebaliknya, darah reaktif terhadap basa. Artinya pH darah akan naik bila terdapat gizi yang bersifat basa. Kondisi darah cenderung basa memudahkan tubuh terserang penyakit.
Perlu diketahui, cuka apel ada tidak satu, dua atau delapan tahun yang lalu, namun sudah ada dan dikenal sejak 10.000 tahun yang lalu untuk kecantikan dan perawatan kesehatan. Menurut Institut Kanker Nasional Amerika Serikat, apel paling banyak mengandung flavonoid dibandingkan buah lain. Zat ini, mampu menurunkan risiko terkena penyakit kanker paru-paru sampai 50 persen. Selain itu, quercetin, sejenis flavonoid yang dikandung apel, dapat membantu mencegah pertumbuhan sel kanker prostat bagi kaum laki-laki. Setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan ketika akan membeli cuka apel. Empat hal ini merupakan kriteria yang wajib dipenuhi dalam sebuah cuka apel, yaitu :
1)        Harus berwarna keruh kecoklatan. Hal ini menunjukkan cuka apel benar-benar terbuat dari buah apel murni yang matang pohon. Kematangan apel ini sangat berpengaruh terhadap manfaat dan kekhasiatan dari cuka apel itu sendiri. Jadi jika Anda beroleh cuka apel yang bening, itu berarti kandungan apelnya sedikit dan manfaatnya pun bisa dibilang hampir tidak ada.
2)        Harus memiliki aroma khas apel dan berbau seperti tape. Menunjukkan proses fermentasi berjalan secara alami, yaitu kurang lebih 35 hari. Jika Anda menemui cuka apel yang berbau pecing, agak busuk atau aroma apelnya kurang terasa, itu berarti proses fermentasi yang terjadi kurang sempurna.
3)        Harus memiliki endapan " mother " dibawah botol. Endapan atau "mother" ini mutlak harus ada. Karena ini adalah biang cuka apel. Disinilah banyak terkandung unsur sehat yang sangat bermanfaat untuk menggempur berbagai penyakit. Jika endapan ini tidak ada, maka cuka apel ini pantas dipertanyakan.
4)        Bersifat pekat dan tidak bisa diminum langsung. Jadi, cara minumnya harus diencerkan dulu dengan air matang. Cuka apel yang siap saji boleh dikonsumsi, tapi tentu berbeda manfaatnya dengan yang murni.
1.5    Kandungan Cuka Apel
Beberapa kandungan nutrisi, vitamin dan mineral dalam cuka apel adalah sebagai berikut:
1)        Asam Amino
2)        Kalium (potasium)
3)        Magnesium
4)        Kalsium
5)        Vitamin & Beta karoten
6)        Zat Asam
7)        Enzim & Pectin
Buah apel-komponen cuka apel- kaya serat & mengandung potasium (berfungsi menjaga keseimbangan tingkat potasium – sodium dalam tubuh). Cuka apel mengandung banyak nutrisi menyehatkan, seperti beta karoten (sejenis antioksidan penengkal kanker), boron (bekerja seperti estrogen untuk mencegah hilangnya mineral dari tulang, membantu pendayagunaan vitamin D), kalsium (menjaga tulang & gigi tetap kuat dan sehat, membantu mengatur kerja jantung), berbagai enzim (membantu pencernaan makanan), zat besi (memainkan peran di dalam sistem kekebalan tubuh dan penting untuk kemampuan mengingat), magabesa (penting untuk menjaga tingkat kolesterol), karbohidrat dan asam amino (mencegah pikun). Cuka apel membantu menjaga keseimbangan asam/alkali dalam tubuh. Asam hidroklorit pada cuka apel dapat membantu pencernaan.
1.6    Pembuatan Cuka Apel
Cuka apel merupakan minuman kesehatan hasil fermentasi buah apel Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi.
Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan. Persamaan reaksi kimianya:
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai:
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP)      
Fermentasi pada cuka apel dilakukan dengan 2 tahap yaitu, fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat (asetilasi). Pada fermentasi alkohol, beberapa mikroba mengalami peristiwa pembebasan energi karena asam piruvat diubah menjadi asam asetat dan CO2 selanjutnya asam asetat diubah menjadi alkohol. Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul ATP, jika dibandingkan dengan respirasi aerob, yang mampu menghasilkan 38 molekul ATP. Reaksinya:
1)      Gula (C6H12O6) —> asam piruvat (glikolisis)
2)      Dekarboksilasi asam piruvat
Asam piruvat              ——————————>   asetaldehid + CO2.
                                                         piruvat dekarboksilase (CH3CHO)
3)      Asetaldehid oleh alkohol dehidrogenase diubah menjadi alcohol (etanol).
2 CH3CHO           + 2 NADH2  —————————>  2 C2H5OH + 2 NAD.
     alkohol dehidrogenase             +     enzim
Ringkasan reaksi :
C6H12O6 ———> 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 NADH2 + Energi
Pada fermentasi asam asetat, berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (Acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob. Jika diberikan oksigen yang cukup, bakteri-bakteri ini dapat memproduksi cuka dari bermacam-macam bahan makanan yang beralkohol. Bahan makanan yang biasa digunakan yaitu sari buah apel, anggur, biji-bijian fermentasi, malt, beras, atau bubur kentang. Reaksi:
                                              aerob
C6H12O6 > 2 C2H5OH —————> 2 CH3COOH + H2O + 116 kal
 (glukosa)                          bakteri asam cuka           asam cuka
Bahan baku dalam proses fermentasi pembuatan asam asetat :
a)      Buah-buahan, kentang, biji-bijian, bahan yang mengandung cukup banyak gula, atau alcohol
b)      Bakteri asetat (Bacterium aceti) yaitu Acetobacter untuk proses aerob dan bakteri dari genus Clostridium
Bakteri yang berperan dalam proses fermentasi asam cuka adalah:
a)      Fermentasi aerob dibantu dengan bakteri Acetobacter aceti
b)      Fermentasi anaerob dibantu dengan bakteri Clostridium thermocetium
Cuka apel banyak digunakan dalam industri pengolahan makanan, industri farmasi, dan industri kimia. Pada industri makanan, cuka apel terutama digunakan sebagai bahan pembangkit flavor asam dan bahan pengawet. Beberapa jenis makanan ditambah cuka apel dalam konsentrasi tertentu, antara lain saus tomat, sambal, acar, sayur asin dan lain-lain. Cuka apel juga dimanfaatkan dalam dunia kesehatan sebagai obat-obatan. Cuka apel banyak manfaat karena mengandung nutrisi yang hampir sama seperti pada apel, antara lain pektin, beta karoten, potassium termasuk enzim dan asam amino yang terbentuk selama proses fermentasi. Banyaknya kandungan nutrisi ini membuat cuka apel banyak digunakan sebagai obat.
Selama ini, ada anggapan jika mengonsumsi cuka apel dapat menimbulkan sakit maag. Padahal tidaklah demikian. Penyakit maag terjadi karena lambung sudah tidak mampu memproduksi asam hidroclorid, sehingga makanan yang tcrsimpan dalam lamhung akan mengalami fermentasi. Karena itu, dengan mengonsumsi cuka apel yang dicampur dengan air dan madu, dipercaya dapat memenuhi kebutuhan asam hidroclorid.














II.           Alat Dan Bahan
4.1.   Alat yang digunakan :
1)        Pisau
2)        Kompor
3)        Panci
4)        Kain sarin
5)        Baskom
4.2.   Bahan Yng digunakan :
1)        Apel                     : 500 gr
2)        Gula                     : 125 gr
3)        Air                        : 1000 ml
4)        Yeast (ragi)          : 5 gr
III.        Prosedur Percobaan
1)        Apel dicuci bersih kemudian diiris tipis-tipis.
2)        Rebus irisan apel tersebut dengan air sampai mendidih.
3)        Kecilkan api kompor kemudian tambahkan gula. Biarkan selama 30 menit agar aroma buah apel keluar.
4)        Pisahkan sari apel dari buahnya lalu setelah dingin sari apel dimasukkan ke dalam botol.

5)        Masukkan ragi / yeast ke dalam sari apel tersebut. Tutup dengan kain saring. Fermentasi sari apel selama 1-2 minggu akan membentuk alkohol.

Friday, June 17, 2016

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI PABRIK


  Tujuan analisa ekonomi terhadap perancangan suatu pabrik adalah untuk mengetahui kelayakan pendirian pabrik tersebut, dilihat dari sisi ekonominya. Kelayakan suatu pabrik tidak saja ditinjau dari faktor teknis saja tapi juga ditinjau dari segi ekonomisnya.
    Faktor-faktor ekonomis yang dijadikan parameter kelayakan suatu pabrik adalah:
  1. Pay out time (POT) : POT merupakan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal pengembalian berdasarkan laba bersih ditambah biaya penyusutan.
  2. Break Event Point (BEP): BEP merupakan titik impas, dimana pabrik tidak mengalami kerugian, tapi juga tidak memperoleh keuntungan.
  3. Laba adalah hasil yang diperoleh dari hasil penjualan dikurangi biaya produksi. Laba yang diperoleh sebelum dikenai pajak penghasilan adalah laba kotor.
  laba yang telah dipotong pajak penghasilan adalah laba bersih.  Untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut, perlu dilakukan perkiraan terhadap :
  • Plant Cost Estimation
  • Manufacturing Cost Estimation 
  Plant Cost Estimation Merupakan perkiraan ekonomi pendirian suatu pabrik hingga pabrik tersebut beroperasi. Biasanya disebut dengan istilah modal investasi (capital investment). Modal investasi yang dibutuhkan untuk membiayai pendirian pabrik dapat  diperoleh dari beberapa investor, dengan perkiraan 60% dari modal keseluruhan berasal dari investor, sedangkan 40% merupakan modal pinjaman dari Bank. Modal investasi secara garis besar terdiri dari :
  1. Modal Investasi Tetap (Fixed Capital Investment, FCI). FCI merupakan modal yang digunakan untuk penyediaan fasilitas pabrik. FCI ini dibagi menjadi dua, yaitu biaya langsung dan biaya tak langsung. Untuk memperkirakan modal investasi tetap digunakan dan faktor rasio berdasarkan biaya pengiriman peralatan pada fluid processing plant (Tabel. 6.9, Peters et al., 2003)
  2. Modal Kerja (Working Capital Investment, WCI). WCI adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan setelah pabrik berdiri dan mulai beroperasi, seperti listrik, gaji karyawan, dana sosial dan sebagainya. Pada industri kimia perhitungan WCI yaitu 10-20 % dari total capital investment. Besarnya WCI pada pabrik ini adalah 20% dari Total Capital Investment (TCI) dari Tabel 6-17 [Peters et al, 2003]. Untuk memperoleh Total Capital Investment dengan menjumlahkan Fixed Capital Investment dan Working Capital Investment. 
   Production Cost Estimation adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan pada pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi dan sampai produk berada di pasar.
         Biaya produksi total  diperoleh dengan menjumlahkan manufacturing cost, fixed charge, plant overhead cost.

Kelayakan ekonomi : 
  1. Pay Back Period 
  2. Internal rate of return (IRR)
  3. Returne of investment (ROI)
  4. Break event point (BEP)
  5. Pay out time (POT)
  6. Shut down point (SDP)
  7. Discounted Cash Flow (DCF)